Seperti
biasa dalam tulisan saya kali ini, saya akan membagikan pengalaman saya sebagai
traveler amatir. Kenapa dibilang amatir? Karena pada dasarnya saya suka
traveling tapi tidak dalam intensitas yang cukup untuk dibilang sebagai traveler
sejati. Yaa, bisa dibilang dalam setahun setidaknya saya hanya 3-4 kali bepergian
ke luar kota. Untuk saat ini situasi dan kondisi baik dari segi financial
ataupun fisik, saya hanya mampu untuk domestic trip saja. Untuk foreign trip
yaa nanti saja jika rezeki ada :D
Dalam tulisan ini, saya akan
menceritakan pengalaman amazing trip saya ke Pulau Lombok. Siapa sihh yang
tidak tahu Lombok? Seluruh dunia juga tahu..tapi mungkin Bali masih tetap jadi primadona yaa bagi orang-orang luar
negeri. Jujur menurut pendapat saya, Lombok itu lebih indah melebihi Bali, yang
terkenal dari Lombok yaa apalagi kalau bukan pulau-pulau kecil dan pantai yang
indah di sekelilingnya. Bulan Maret tahun 2013 kemarin saya sempat meluangkan
waktu untuk berlibur kesana sekitar 4 hari 3 malam. Waktu yang kurang sihh bagi
saya, untuk menyusuri semua spot yang bagus dan menarik di Pulau Lombok. Tapi setidaknya
saya sudah menginjakkan kaki saya di spot-spot terkenal di Pulau Lombok. Yaa,
apalagi kalau bukan Pantai Senggigi, Pulau Gili Trawangan, Pantai Kuta dan
masih banyak lagi.
Dari Bandara Soekarno Hatta ke
Bandara International Lombok setidaknya butuh waktu perjalanan hampir 2 jam. Begitu
sampai Bandara International Lombok saya hanya menggunakan jasa taksi di
sekitar bandara, karena pada saat itu sudah cukup larut malam, saya langsung
mencari tempat penginapan. Kebetulan destinasi pertama saya adalah pantai Kuta.
Jarak tempat penginapan saya tidak jauh dari bibir pantai Kuta, karena hanya
dipisahkan jalan raya saja. Saat pagi harinya saya berjalan kaki menyusuri Pantai Kuta. bagi saya, keadaan disana cukup menarik karena kontras dengan bukit dan tebing. Hanya saja, di pinggir
pantai banyak anjing liar berkeliaran dan air lautnya kurang jernih. Itu membuat
saya agak kurang nyaman. Di sekitar penginapan saya, ternyata banyak disewakan
motor-motor untuk para turis. Saya mendapat referensi dari petugas penginapan
untuk mendatangi Pantai Seger, dan Tanjung Aan. Katanya, disana pemandangannya
lebih indah dan air lautnya lebih jernih dan biru. Saya pun tertarik. dengan kerabat, saya menyewa motor untuk
menuju kesana kalau tidak salah seharga 25 ribu, tetapi belum termasuk bensin. Untuk
menuju kesana, kira-kira 3 km untuk menuju ke pantai Seger. dan sekitar 3,7 km
untuk menuju pantai Tanjung Aan. Di perjalanan,
keadaan desa sekitar cukup sepi, hanya saja terlihat beberapa turis asing. di
kanan-kiri saya melihat banyak pohon kelapa, rumah penduduk, dan Hanya terlihat warung-warung, café, dan
restoran yang disediakan untuk turis.
Sesampainya di Pantai Seger, tepat
siang bolong dan matahari cukup menyengat (yaa cukup membuat kulit agak gelap)
saya kagum dan kaget, begitu terlihat laut lepas dengan air lautnya yang biru
bergradasi dari tosca hingga ke biru tua terpampang jelas di depan mata saya. Pasirnya
yang putih bersih, dan ombak yang begitu tenang membuat saya jatuh cinta. Ini baru
pantai! Pantai yang masih perawan, disana benar-benar sepi pengunjung. Hanya terlihat
beberapa orang saja, dan tidak begitu di komersilin. Beda dengan pantai-pantai
di Bali, yang ramai pengunjung, orang-orang yang berjualan, dan
fasilitas-fasilitas publik yang sudah menjamur. Begitu speechless nya saya,
saya pun langsung bermain air dan berfoto. Hampir 1 jam saya berada disana,
kemudian saya berlanjut ke pantai Tanjung Aan yang katanya tak kalah indah. Tanjung
Aan ini dikelilingi bukit-bukit dan tebing. Dan saya harus sabar menyusuri
jalannya. Sesampainya disana saya juga kagum melihat keindahan pantai ini, air
lautnya biru tosca jernih, pasirnya yang unik, putih dan butirannya agak besar
seperti lada putih, kontras dengan tebing dan bukit disekelilingnya, tapi
disini pengunjungnya sudah agak lumayan banyak. Saya pun berenang di pinggiran
pantai, airnya hangat dan begitu bersih. Hingga mulai terasa bosan, saya pun
kembali ke penginapan.
Hari selanjutnya, destinasi saya
adalah Pantai Senggigi. Agak jauh memang dari tempat saya berada sebelumnya,
saya harus melewati kota Mataram dulu. Pantai Senggigi ini memiliki garis
pantai yang cukup panjang, menurut saya disini sudah ramai dan banyak
tempat-tempat hiburan malam, restoran, café, cottage hingga hotel bintang lima.
Di sepanjang jalan, saya sering menjumpai turis-turis asing. Pantai Senggigi
view nya lebih luas, namun air lautnya kurang jernih dan pantainya sudah
dipenuhi perahu-perahu. Saya kurang begitu exited. Saya memutuskan untuk
menginap sehari di cottage di sekitar pantai. Di setiap traveling pasti tak
lupa untuk menikmati kuliner khas daerah setempat, di Pulau Lombok yang
terkenal adalah plecing kangkung dan ayam taliwang. Saya pun segera berburu
makanan khas itu, saya prefer ke tempat makan yang ramai di pinggir jalan raya
Senggigi daripada di restoran terkenal, karena selain harganya murah rasanya
juga masih asli. Kalau tidak salah saya mencoba makanan itu di warung makan
kaki lima di depan Paragon Hotel&Café, selain ayam taliwang dan plecing
kangkung saya juga mencoba soto babalung yang pedas dan segar, yaa lumayan recommended
lahh.
Di hari-hari terakhir saya di Pulau
Lombok, tujuan saya selanjutnya adalah Gili Trawangan, tempat inilah yang
membuat saya penasaran karena begitu ramainya diperbincangkan masyarakat dunia.
Gili trawangan adalah nama pulau yang eksotis akan keindahannya, dari Senggigi saya
menggunakan taksi. Di sepanjang perjalanan menuju Gili Trawangan, pemandangannya
cukup menarik di sebelah kiri saya, full dengan cottage-cottage dan hotel-hotel
selang berganti dengan Pantai Senggigi dan di sebelah kanan saya full
pemandangan bukit-bukit, tebing, dan rumah penduduk. Ada satu spot yang cukup menarik untuk anda-anda
yang suka berfoto, namanya bukit Malimbu. Beautiful spot.
Untuk menyebrang ke pulau Gili
Trawangan, saya harus transit di pelabuhan Bangsal. Disana kita bisa memilih
menggunakan kapal motor untuk umum, maupun boat. Tentu dari harganya beda, saya
dan kerabat memlih untuk naik kapal motor umum karena lebih murah dan membeli
tiketnya di loket setempat (saya lupa harga tiketnya berapa hehehe) hampir satu
jam saya menyebrang ke Gili Trawangan, dan saat itu cuaca cukup cerah dan ombak
lumayan besar. Sesampainya disana, saya harus mencari tempat menginap karena
saya berniat bermalam di pulau itu. Keadaan disana sangat ramai, dan 70% nya
adalah turis asing dari berbagai macam negara, cottage-cottage dan hotel-hotel
pinggir pantai yang view nya langsung menghadap ke pantai sudah full. Saya pun
mencari homestay/cottage di dalam dekat rumah penduduk, tak perlu bingung
mencari tempat penginapan karena banyak calo/perantara yang menawarkannya di
sekitar pelabuhan. Namun, harus pintar-pintar menawar. Saya pun mendapatkan
cottage yang nyaman, meskipun tidak begitu mahal tapi lumayan untuk bermalam. Bagi
saya, penduduk-penduduk Gili Trawangan sangat ramah. Saya pun menikmati
keindahan pulau dan pantainya dengan menggunakan sepeda yang telah disewakan
oleh cottage, selain sepeda masyarakat pulau ini juga menggunakan delman atau
andong sejenis itulah (saya lupa namanya) Gili Trawangan ini memang luar biasa,
ternyata ini yang disebut heaven on earth. Lautnya jernih dengan warna biru
tosca dan biru tua, diseberangnya terlihat pemandangan bukit-bukit berjajar
rapih dengan pulau-pulau terdekat di sekitar Gili Trawangan. Di sepanjang pinggir pantai, saya menjumpai
pohon-pohon rindang mulai dari Bakau dan lain-lain.
Menurut petugas cottage yang saya
tempati, Gili Trawangan adalah surganya orang berfoya-foya dan hura-hura. Disini
sah-sah saja anda melakukan apa saja, asal jangan mencuri. . Kalau ketahuan
mencuri, sang maling akan di arak keliling pulau dan orang-orang akan tertarik
untuk menontonnya. tak heran banyak turis asing disini, di pinggir pantai saja saya
banyak menjumpai club-club malam dengan fasilitas private party, café-café exclusive
dsb. Saya benar-benar jatuh cinta dengan tempat ini. Di sore harinya di
lapangan alun-alun pulau kebetulan ada atraksi gebuk rotan oleh penduduk
sekitar. Saya pun tertarik menontonnya, dan turis-turis asing juga begitu
exited melihatnya. Saat sunset, saya berjalan menyusuri pantai dan berniat akan
melanjutkan makan malam di restoran pinggir pantai.
Hingga keesokan paginya saya berniat
untuk menikmati keindahan bawah laut di sekitar Gili Trawangan, dengan
snorkeling. Dari paket wisata bawah laut, saya berkesempatan mengelilingi pulau
Gili Air dan Gili Menok. Kalau tidak salah satu orang hanya membayar
100ribu/150 ribu (agak sedikit lupa) saya sangat puas menikmatinya. Hingga
siangnya saya harus segera meninggalkan pulau Gili Trawangan, karena malamnya
saya harus sudah berada di Bandara Internasional Lombok dan pulang ke kota
tercinta saya Bekasi J sebenarnya masih banyak tempat yang
belum saya kunjungi, seperti daerah dimana suku Sasak dengan culturenya. Tapi
mau gimana lagi, waktu harus memisahkan saya dengan Pulau Indah ini. Lombok,
terimakasih atas pengalaman indah yang telah kau berikan. I Love Indonesia!
nice...
BalasHapus