Rabu, 06 November 2013

Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Kartu Undangan Pernikahan Putri Keempat Sultan HB X.


Harianjogja.com, JOGJA–Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat bakal memanfaatkan kecanggihan teknologi dalam prosesi pernikahan GKR Hayu dan KPH Notonegoro mulai Senin (21/10/2013).
Pemanfaatan teknologi itu mulai dari undangan pengantin, website hingga penyebarluasan prosesi pernikahan dari Senin (21/10/2013) hingga Rabu (23/10/2013).
Kondisi ini berbeda dengan pernikahan-pernikahan Kraton sebelumnya. Penggunaan teknologi itu tidak bisa dilepaskan dari keahlian yang dimiliki calon penganti Gusti Kanjeng Ratu Hayu. Bahkan saat ini putri keempat Sri Sultan Hamengku Buwono X itu sudah diangkat menjadi Penghageng Tepas Tandha Yekti, atau yang ditugasi mengurusi teknologi dan informasi Kraton.
Beberapa waktu lalu, GKR Hayu secara khusus meluncurkan website yang terkait dengan pernikahannya dengan alamat, www.kratonwedding.com. Laman itu berisi informasi mengenai pernikahan GKR Hayu termasuk mengenai makna prosesi.



Untuk desain undangan, mirip sebuah box cover DVD, yang ketika dibuka bakal muncul sketsa pengantin Jawa berlatar belakang gebyok pelaminan. Tak hanya berisi undangan penyelenggaraan ijab dan resepsi, dalam lembaran undangan itu juga kode RSVP Card, swipe card, pin, kartu konsumsi sopir, dan kartu parkir. Lembar undangan itu dibuat dalam tiga bahasa, yakni bahasa Jawa, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris.

Online RSVP card bertuliskan delapan digit nomor kode RSVP yang dapat di-entry di website www.kratonwedding.com.  RSVP adalah frase dari Prancis, Répondez s’il vous plaît, yang artinya kira-kira please respons. Dalam hal ini, tamu undangan yang mendapatkan kode tersebut diminta untuk mengkonfirmasi kedatangan mereka secara online. “Ini mengirit tenaga panitia agar tidak perlu telepon satu persatu untuk mengkonfirmasi kedatangan,” ujar GKR Hayu, beberapa waktu lalu seusai me-launching website kratonwedding.com.
Adapun swipe card adalah sebuah kartu yang fungsinya untuk menggantikan buku tamu. Kartu ini akan digesekkan di alat pemindai buku tamu saat datang di acara pernikahan. Pemindai akan mengeluarkan selembar kertas yang digunakan untuk mengambil souvenir.
“Selain praktis, sistem ini lebih efektif untuk menjaga keakuratan dan kebenaran database di buku tamu,” ujarnya.

Menariknya, prosesi pernikahan Hayu akan menerapkan aplikasi software payment (sistem pembayaran), bagi undangan. Melalui aplikasi yang tersambung dalam Ipad, tamu akan terlebih dahulu didata identitasnya.
Tamu undangan yang tak terdata dalam data base aplikasi tersebut, dipastikan tidak bakal diizinkan masuk dalam acara panggih atau resepsi Dhaup Ageng di Bangsal Kepatihan, Komplek Perkantoran Pemerintah Daerah DIY, Rabu (23/10/2013).
“Terkecuali ada catatan khusus bagi tamu undangan tertentu yang terdeteksi melalui menu status card di aplikasi software ipad,” ujar Tjiputro, Director Teravin Technovation kepada Harianjogja.com, Senin (21/10/2013).
Aplikasi ini ditawarkan oleh Tjiputra, untuk menjawab kebutuhan Hayu yang menginginkan ada segi keamanan dalam hal register tamu. Tjiputra adalah teman dekat Hayu saat bekerja di sebuah perusahaan information technology (IT).

Karena itu, apa saja yang berbau dengan perkembangan aplikasi IT, Hayu selalu menceritakan kepada Tjiputra. “Kalau untuk payment, sistem IT ini sudah banyak digunakan, tapi jika untuk event, baru kali ini saya buat,” tuturnya.
Tjiputra hanya butuh waktu dua minggu untuk mereka-reka aplikasi tersebut. Pengoperasian aplikasi itu, ungkap Tjiputra, sengaja menggunakan Ipad, karena GKR Hayu dalam penyelenggaraan Pernikahan Ageng itu melibatkan Emax, distributor Mac Apple resmi di Indonesia.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar